Kamis, 02 Mei 2013

0

MAKALH HADIS Ekonomi 1

Posted in

BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang

Agama islam sebagai agama terakhir, memiliki aturan yang berlaku sepanjang zaman. Banyak kejadian yang ada pada hari ini belum terdapat pada masa Rasulullah Saw. Apa lagi dengan perkembangan teknologi dan ilmu yang sangat pesat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan perkembangan sistem di segala bidang menuntut kajian islam yang mendalam.
Islam merupakan ajaran yang bertujuan memberikan bimbingan kepada pemeluknya, dan aturan tersebut harus diikuti. Untuk itu dalam islam selalu ada aturan yang memberikan kebolehan untuk melakukan atau memakan sesuatu. Ada juga aturan yang mengatur umat islam agar menjauhi dan tidak melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Semua itu bertujuan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat kelak.
Dalam realitas kehidupan seringkali ada kalanya bahwa sesuatu itu halal, atau sesuatu itu haram. Tetapi di akhir-akhir zaman sekarang ini, kebanyakan orang memang tidak peduli lagi dengan syariat, tidak peduli lagi manakah yang halal dan yang haram. Pokoknya segala macam cara ditempuh asalkan bisa menjalani hidup dan hanya mencari keuntungan saja. Di sini penulis mencoba menguraikan harta halal dan haram
2.      Rumusan Masalah
a.       Bagaimana penjelasan hadis tentang harta halal dan haram?
b.      Bagaiman penjelasan fiqih al hadis tentang harta halal haram?
c.       Bagaimana haram dampak buruk dari harta dalam kehidupan manusia?
d.      Bagaimana harta halal sebab kecukupan kelapangan hati dan ketenangan hidup bagi manusia?
3.      Tujuan Masalah
a.       Mengetahui penjelasan hadis tentang harta halal haram.
b.      Mengetahui penjelasan fiqih al hadis tentang harta halal haram.
c.       Mengetahui haram dampak buruk dari harta dalam kehidupan manusia.
d.      Mengetahui halal sebab kecukupan kelapangan hati dan ketenangan hidup bagi manusia.




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hadist yang di bahas
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

Artinya: “Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau haram.” (HR. Bukhari no. 2083).


B.     Penjelasan Hadist
Halal dan haram adalah sebuah batasan dimana disitu kita bisa membedakan mana yang baik untuk kita dan mana yang tidak baik untuk kita. segala sesuatu yang halal itu, pasti di dalamnya ada keuntungan dan kebaikan yang akan kita dapat jika kita mengambilnya. Dan sebaliknya dengan haram, kita akan mendapatkan kecelakaan serta kerugian jika kita mengambilnya. Hal itu berlaku di semua segi kehidupan, baik itu ibadah, mu’amalat (kegiatan sehari-hari), rizki, bahkan sampai makanan pun kita harus memilih antara halal dan haram. Karena dua hal itu ibarat kubu yang tidak bisa disatukan. Kita hanya bisa memilih salah satunya bukan mencampuradukan keduanya. Karena jika kita mencampurkan keduanya, bukan kebaikan yang akan kita dapat.
             Malah keburukan yang lebih yang akan kita dapat. Sebuah realita yang sulit memang, apalagi di zaman sekarang untuk menjadi tipe manusia idealis. Apalagi di zaman yang tekanan ekonomi semakin menghimpit, dan tuntutan perut juga tidak bisa ditunda untuk diisi. Disinilah banyak orang yang akhirnya bertaruh atau kata kasarnya berjudi untuk menentukan penetapan antara halal dan haram ini. Bahkan ada sebagian orang yang memang sudah sama sekali tidak memperdulikan kata halal dan haram. “Yang penting perut kenyang, maka lakukan”, itulah kata-kata yang tidak jarang kita dengar karena kita harus mengorbankan idealisme kita tentang halal dan haram demi sesuap nasi.
     Dan pasti pernah dirasakan beberapa orang diantara kita, dimana kita harus mengalami nasib seperti yang tadi disebutkan. Dimana kita harus bertahan hidup di dunia ini dan di sisi lain kita juga harus tetap mempertahankan eksistensi kita juga sebagai hamba Allah SWT  dengan tetap menegakan hukum-Nya dalam bentuk halal dan haram. Mungkin sebagian juga berpikir, “sudah lah, Allah kan Maha Pengampun. pasti Dia mengerti mengapa kita melakukan seperti ini”. Tapi ada sebagian juga berkata, “tidak, ini tetaplah haram. Dan kita harus tetap berpegang teguh dan berserah diri kepada-Nya. Yakinlah Dia pasti akan memberikan jalan”.
        Halal dan haram ini merupakan sebuah cobaan. Dan tergantung bagaimana kita memandang dan menyikapinya. Ketika kita menemukan kesulitan, dimana kita terasa terhimpir oleh beban hidup dan cobaan. Disitulah kita diuji, apakah tetap pada jalan halal atau pada jalan yang haram. Jika kita memilih jalan yang haram, kita akan menemukan kemudahan memang pada awalnya. Masalah kita memang akan selesai, tapi tidak lama dari itu yang akan kita temukan hanya penyesalan dan kerugian. Dan sebaliknya, jika kita tetap memilih pada jalan yang halal, terus berusaha dan bersabar, memang pada awalnya sulit dan berat. Tapi yakin dan percayalah, tidak lama dari itu yang akan kita dapatkan tidaklah lain kebahahiaan. Semakin jauh  zaman manusia dengan zaman masa kehidupan Rosululloh , akan semakin banyak penyimpangannya.
          Apalagi Seorang manusia yang hidup di abad modern zaman kita hidup  ini, di tuntut untuk mengumpulkan dan menumpuk harta sebanyak-banyaknya agar bisa hidup layak dan tenang menghadapi masa depan diri dan anak cucunya. Betapa banyak Pada saat itu orang-orang tidak peduli lagi dari mana harta dia dapatkan.
Rasulullah shallallahu alaihiwa sallam bersabda:
"Akan datang suatu masa, orang-orang tidak perduli dari mana harta dihasilkannya, apakah dari jalan yang halal atau dari jalan yang haram". (HR. Bukhari).
Orang-orang tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2:
1.   Sebagian manusia tidak pernah peduli akan kaidah rabbani dalam mencapai      tujuan mencari harta, kelompok ini dianjurkan untuk memeriksa kembali akidah mereka, dimana mereka telah menjadikan dinar dan dirham sebagai tuhannya dan sama sekali tidak mengindahkan peraturan Allah.
Merekalah   yang  disabdakan   Rasulullah  shallallahu  alaihi  wa sallam:
Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba pakaian... (HR. Bukhari).
2.   Sebagian lagi, orang-orang yang masih memillki dhamir (hati) yang peka, akan tetapi karena mereka sejak awal jahil / bodoh , tidak pernah mengerti dan mempelajari ketentuan Allah swt  tentang hukum-hukum muamalat, kelompok ini mau tidak mau akan melanggar syariat Allah saat mengumpulkan harta karena ketidaktahuannya ini.
Dua kelompok yang telah disebutkan diatas  adalah salah satu sumber malapetaka bagi pribadi dan umat manusia, karena:
      Pertama:  Mereka     adalah  orang-orang  yang mendurhakai  Allah,
 berdasarkan firman Allah :


Artinya : "Wahai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat dl bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkahsetan. Sesungguhnya setan musuh yang nyata bagimu". (Al Baqarah: 168).
Dalam ayat di atas Allah swt  memerintahkan seluruh manusia agar memakan harta yang didapatkan secara halal, sedangkan memakan, mencari serta mendapatkan harta dengan jalan yang haram adalah jalan yang dirintis oleh musuh bebuyutan anak cucu Adam yakni syaitan.
Dan dua kelompok di atas sesungguhnya telah mendurhakai Allah, padahal mendurhakai Allah (berbuat dosa) adalah penyebab utama setiap malapetaka.

       Kedua : Setelah Allah swt  memerintahkan semua manusia agar mencari harta dengan cara yang halal, secara khusus Allah memerintahkan para rasul untuk hanya memakan harta yang halal, Allah swt berfirman:



Artinta: “Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al Mu'minuun: 51)
Dalam ayat di atas, secara khusus Allah memerintahkan para Rasul-Nya agar hanya  memakan - makanan yang didapatkan secara halal, lalu Allah swt memerintahkan mereka untuk beramal salih.
    Hal  ini  mengisyaratkan  bahwa  sangat erat hubungan  antara mengkonsumsi makanan yang halal dengan amal salih. Maka jangan diharap jasad kita akan bergairah untuk melakukan amal-amal salih  , bila jasad  tersebut tumbuh  dan  berkembang  dari   makanan  yang haram.
      Dan jasad yang malas tidak akan merasakan kenikmatan ibadah kepada Allah swt yang pada gilirannya  mengantarkan jiwa- rohaninya kepada gundah-gulana, kacau, tidak tentram, was-was hingga sampai titik hampa.
      Ini adalah petaka yang dahsyat terhadap setiap pribadi yang merindukan kedekatan dengan Maha Penciptanya.
      Ketiga :  Mereka bagaikan kelompok mayoritas Yahudi yang diabadikan Allah swt dalam firman-Nya:



Artinya: “ Dan kamu akan melihat kebanyakan dan mereka (orang-orang Yahudi) bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya amal buruk apa yang mereka telah kerjakan itu “  (Al Maidah: 62).
      Apa yang bisa diharapkan untuk kemajuan umat dari orang-orang yang mengaku beragama islam akan tetapi antara mereka dengan musuhnya (Yahudi) . Mereka selalu memakan harta haram.
       Keempat : Petaka yang amat buruk yang menimpa mereka adalah api neraka (harta haram) yang setiap saat mereka masukkan ke dalam perut mereka, karena diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
“ Sesungguhnya setiap daging yang diberi asupan makanan yang haram maka neraka-lah yang berhak melumatnya... (HR. Ahmad, dinyatakan shahih oleh AI-Albani).
       Kelima : Merekalah penyebab kehinaan, kemunduran serta kenistaan umat islam saat ini, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
"Bila kalian melakukan transaksi ribawi, tunduk dengan harta kekayaan (hewan ternak), mengagungkan tanaman dan meninggalkan jihad niscaya Allah limpahkan kepada kalian kehinaan yang tidak akan dijauhkan dan kalian hingga kalian kembali kepada syariat Allah (dalam seluruh aspek kehidupan kalian)". (HR. Abu Daud, dishahihkan oleh AI-Albani).
Akhir hadis di atas memberi kecerahan harapan kepada kita untuk mengembalikan kejayaan umat dengan cara kembali hidup secara islami dalam seluruh sisi kehidupan.
       Keenam : Doa tidak dikabulkan
Rasulullah shallallahu alaihi wa saliam bersabda:
"Wahal manusia, sesungguhnya Allah Maha Baik, tidak menerima kecuali yang baik sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang yang beriman apa yang ia perintahkan kepada para Rasul, Allah berfirman "Hai Rasul-Rasul, makanlah dan makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amaI yang saleh" (Al Mu'minuun : 51),  dan Allah Ta'ala berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu" (Al Baqarah : 172), kemudian beliau menyebutkan seorang lelaki yang mengadakan perjalanan jauh,(menjadikan) berambut kusut dan berdebu, kemudian menadahkan tangannya ke langit "Ya Rabb, Ya Rabb", padahal makanannya berasal dari yang haram, minumannya berasal dari yang haram, pakaiannya berasal dari yang haram dan makan dari yang haram, maka bagaimana doanya akan dikabulkan ? ". (HR. Muslim).
     Ketujuh : Harta haram yang merajalela pertanda azab akan turun menghancurkan masyarakat dimana harta haram tersebut menggejala.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Apabila perzinahan dan riba merajalela di sebuah kampung, sungguh mereka telah mengundang azab untuk menimpa mereka". kecuali kebahagiaan dan kemudahaan.
C.    Inti  Hadist
Setiap insan tentu mendambakan kehidupan yang bahagia, damai dan jauh dari berbagai kesusahan. Untuk tujuan ini, semua orang rela mengorbankan harta, waktu dan tenaga yang mereka miliki demi meraih apa yang mereka sebut sebagai ‘kebahagiaan dan ketenangan hidup yang sejati’.
     Ironisnya, dalam upaya mencari kebahagiaan dan ketenangan hidup ini, di antara mereka banyak yang menempuh jalan yang keliru dan justru menjerumuskan mereka ke dalam jurang kesengsaraan dan malapetaka, dengan mengikuti godaan dan tipu daya setan yang selalu menghiasi keburukan amal perbuatan manusia. Allah  berfirman:
{أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}
“Apakah orang yang dihiasi perbuatannya yang buruk (oleh setan) lalu ia menganggap perbuatannya itu baik, (sama dengan orang yang tidak diperdaya setan?), maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya” (QS Faathir:8).
Allah  Yang Maha Menciptakan, Menguasai dan Mengatur alam semesta beserta semua makhluk di dalamnya, Dialah yang memiliki dan menguasai segala bentuk kebaikan dan kebahagiaan yang dibutuhkan oleh semua manusia, dan semua itu akan diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara mereka. Allah  berfirman:
     “Katakanlah, “Ya Allah Yang maha memiliki semua kerajaan (kekuasaan di alam semesta), Engkau berikan kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari orang yang engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu” (QS Ali ‘Imraan: 26).
Dan orang-orang yang dikehendaki dan dipilih-Nya untuk meraih kebahagiaan hidup adalah orang-orang beriman yang selalu berpegang teguh dengan petunjuk-Nya. Allah  berfirman:
{فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى}
“Maka jika datang kepadamu (wahai manuia) petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, maka dia tidak akan tersesat dan tidak akan sengsara (dalam hidupnya)” (QS Thaahaa: 123).

Dalam ayat lain, Dia  berfirman:     
 “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik/bahagia (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS. ِِan-Nahl:97).

Dampak buruk dan bencana dari harta yang haram dalam kehidupan manusia
Sebagaimana yang kami paparkan di atas bahwa kebahagiaan dan ketenangan hidup sejati hanya Allah  akan anugerahkan kepada orang-orang yang berpegang teguh dengan petunjuk-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, termasuk dalam hal ini, menjauhi harta haram dan segala sesuatu yang didapatkan dengan cara yang tidak dibenarkan dalam Islam.
Allah  enggan untuk memberikan kebahagiaan dan ketenangan hidup bagi orang-orang yang berpaling dari petunjuk-Nya, di dunia dan akhirat, sebagaimana firman-Nya:
 “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan/petunjuk-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit/sengsara (di dunia), dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: “Wahai Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya seorang yang melihat”. Allah berfirman: “Demikianlah, dulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari inipun kamu dilupakan” (QS Thaahaa: 124-126).
Imam Ibnu Katsir berkata: “Artinya: barangsiapa yang menyelisihi perintah-Ku dan ketentuan syariat yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku , (dengan) berpaling darinya, melupakannya dan mengambil selain petunjuknya, maka baginya penghidupan yang sempit/sengsara, yaitu di dunia, sehingga dia tidak akan merasakan ketenangan (hidup) dan tidak ada kelapangan dalam hatinya. Bahkan hatinya sempit dan sesak karena penyimpangannya, meskipun (terlihat) secara lahir (hidupnya) senang, berpakaian, makan dan bertempat tinggal sesukanya, akan tetapi hatinya selalu diliputi kegundahan, keguncangan dan keraguan, karena jauhnya dari kebenaran dan petunjuk-Nya”.
Maka orang yang menimbun harta yang haram tidak mungkin merasakan kebahagiaan dan ketenangan sejati dalam hidupnya, berapapun banyaknya harta dan kemewahan duniawi yang dimilikinya, bahkan ini justru akan membawa penderitaan yang berkepanjangan dalam hidupnya.



Harta halal  sebab kecukupan, kelapangan hati dan ketenangan hidup
Kepada ali bin abu thalib dalam doa masyhur yang di ajarkan oleh Rasullah:
« اللَّهُمَّ اكْفِنِى بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنِى بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ »
“Ya Allah, berikanlah kecukupan bagiku dengan rezki-Mu yang halal (dan jauhkanlah aku) dari yang haram, serta cukupkanlah aku dengan karuniamu (sehingga aku tidak butuh) kepada selain-Mu”.
Hadits yang agung ini menunjukkan bahwa rezki yang halal adalah sebab kecukupan dan limpahan karunia dari Allah  kepada manusia, dan jika Allah  telah mencukupkan seorang hamba dengan karunia-Nya maka siapakah yang dapat mencelakakan dan menghinakan hamba tersebut? Allah  berfirman:
{أَلَيْسَ اللَّهُ بِكَافٍ عَبْدَهُ}
      “Bukanlah Allah mencukupi hambanya (dalam semua keperluannya) Q.S az-zumar.36
Maka kecukupan, kelapangan hati dan ketenangan hidup manusia hanya diraih dengan mengikuti petnjuk Allah  dan mengikuti ketentuan syariat-Nya, termasuk dalam hal ini mencukupkan diri dengan harta yang halal dan menjauhi yang haram.
Allah  berfirman:
 “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ” (QS. an-Nahl:97).
Para ulama salaf menafsirkan makna “kehidupan yang baik (di dunia)” dalam ayat di atas dengan “kebahagiaan hidup” atau “rezki yang halal” dan kebaikan-kebaikan lainnya
Dalam ayat lain, Allah  menjanjikan kemudahan dan terbukanya pintu rezki bagi orang yang selalu berpegang teguh dengan syariat-Nya, tidak terkecuali dalam hal mencari penghasilan yang baik dan halal.
Allah  berfirman:
 “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (QS. ath-Thalaaq:2-3).
BAB III
KESIMPULAN

Ø  Halal dan haram adalah sebuah batasan dimana disitu kita bisa membedakan mana yang baik untuk kita dan mana yang tidak baik untuk kita. segala sesuatu yang halal itu, pasti di dalamnya ada keuntungan dan kebaikan yang akan kita dapat jika kita mengambilnya.
Ø  Dan sebaliknya dengan haram, kita akan mendapatkan kecelakaan serta kerugian jika kita mengambilnya. Hal itu berlaku di semua segi kehidupan, baik itu ibadah, mu’amalat (kegiatan sehari-hari), rizki, bahkan sampai makanan pun kita harus memilih antara halal dan haram. Karena dua hal itu ibarat kubu yang tidak bisa disatukan. Kita hanya bisa memilih salah satunya bukan mencampuradukan keduanya. Karena jika kita mencampurkan keduanya, bukan kebaikan yang akan kita dapat.
Ø  Sebagaimana yang kami paparkan di atas bahwa kebahagiaan dan ketenangan hidup sejati hanya Allah  akan anugerahkan kepada orang-orang yang berpegang teguh dengan petunjuk-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, termasuk dalam hal ini, menjauhi harta haram dan segala sesuatu yang didapatkan dengan cara yang tidak dibenarkan dalam Islam
Ø  rezki yang halal adalah sebab kecukupan dan limpahan karunia dari Allah  kepada manusia, dan jika Allah  telah mencukupkan seorang hamba dengan karunia-Nya maka siapakah yang dapat mencelakakan dan menghinakan hamba tersebut






DAFTAR PUSTAKA

Rumambay. Wordpress.com/2012/03/04/mempertanyakan-nasib-si-halal-dan-si haram
Kitab”tafsir  ibnu katsir”(3/227)
H.R Bukhari no 2083
H.R. Ahmad(1/153), at-tirmidzi(5/560) dan al-hakim(4/468) disahihkan oleh Al- Hakim, disepakati oleh adz- dzahabi dan dinyatakan Hasan oleh syaikh al- albani dalam ash-shahihah” (no 266)

0 komentar: